Jumat, 31 Maret 2017

Gestalt Therapy

A.  TEORI GESTALT
Psikologi Gestalt merupakan aliran psikologi yang dibentuk oleh Frederick Perls (1893-1970). Frederick dilahirkan di Berlin dan berasal dari keluarga Yahudi. Masa muda Perls adalah masa masa-masa yang penuh dengan masalah. Dia mengganggap dirinya sebagai sumber masalah dalam keluarganya dan dia bermasalah dengan pendidikannya. Bahkan di kelas tujuh, Frederick sempat tinggal kelas sebanyak dua kali dan bahkan keluar dari sekolah karena dia memiliki masalah dengan gurunya.
B.  PRINSIP TEORI GESTALT
Dalam terapi Gestalt, pengalaman menyeluruh (pikiran, perasaan dan sensasi tubuh) dari individu menjadi perhatian yang sangat penting. Pendekatan Gestalt lebih memusatkan pada kondisi di sini dan saat ini (here and now) yaitu menyadari apa yang terjadi dari waktu ke waktu (moment by moment).
Holism. Keseluruhan merupakan teori Gestalt yang utama. Gestalt tidak memandang manusia bagian perbagian. Menurtutnya, manusia tidak bisa hanya diketahui dari komponen fisiknya saja, atau dari komponen psikisnya saja. Manusia hanya dapat diketahui secara komprehensif, yaitu dari sisi psikis dan fisiknya. Selain itu, mengenal manusia tidak dapat didasarkan pada diri individu itu saja, tetapi terintegrasi dengan lingkungan di mana individu tersebut berada. Perls (dalam Brownell, 2003) menyatakan bahwa holism dideskripsikan sebagai suatu keseluruhan bentuk kesadaran manusia yang meliputi respon motorik, respon perasaan, respon pikiran yang dimiliki oleh organisme.
Field Theory. Adalah teori Gestalt yang menyatakan bahwa mengenal manusia harus memperhatikan juga lingkungan di mana manusia itu berada dan berinteraksi. Dengan demikian, konselor akan memberikan perhatian lebih kepada lingkungan di mana konseli berinteraksi (keluarga, sekolah, masyarakat, tempat kerja). Dengan demikian, field theory merupakan suatu metode untuk mendeskripsikan keseluruhan medan (field) yang dialami oleh konseli. pada saat ini. Hal ini lebih dari pada hanya sekedar menganalisis kejadian-kejadian yang telah terjadi dalam hubungannya dengan lingkungan (Yontef, 1993).
The Figure-Formation Process. Dideskripsikan sebagai usaha individu untuk melakukan pengorganisasian atau memanipulasi lingkungannya dari waktu ke waktu.
Organismic Self-Regulation. Merupakan sebuah proses dimana seseorang berusaha dengan keras untuk menjaga keseimbangan yang secara terus menerus diganggu oleh kebutuhan-kebutuhan. Pada teori ini, diyakini bahwa manusia memiliki kekuatan yang secara alami untuk melakukan penyeimbangan terhadap diri mereka sendiri. Jika usaha untuk menjaga keseimbangan ini berjalan dengan baik maka mereka akan kembali ke dalam posisi utuh.. Proses penyeimbangan ini berbentuk proses asimilasi, mengakomodasi perubahan atau menolak pengaruh-pengaruh dari luar. Masalah seringkali muncul saat seseorang berusaha untuk melakukan pemutusan kontak (interruption contacts). 
C.  TUJUAN
Tujuan utama Gestalt adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya. Jika individu mampu mengubah perspektif atau penghayatan kesadaran, ia dimungkinkan pula untuk mengubah tingkah lakunya.
Sasaran utama terapi Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Apabila klien menjadi sadar, maka urusannya yang tak selesai akan selalu muncul sehingga bias ditangani dalam terapi.

D.  PROSES TERAPI
Tugas konselor adalah mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya serta mau mencoba menghadapinya. Dalam hal ini perlu diarahkan agar klien mau belajar menggunakan perasaannya secara penuh. Untuk itu klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, ia akan menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang. Konselor hendaknya menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat.


    Fase-fase proses konseling
a)    Fase pertama, konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien.
b)   Fase kedua, konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien.
c)    Fase ketiga, konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini, klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini.
d)   Fase keempat, setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling.

Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestalt
a)    Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
b)   Orientasi Sekarang dan Di Sini, dalam proses konseling konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang.
c)    Orientasi Eksperiensial, konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga dengan demikian klien mengintegrasikan kembali dirinya

Saat Ini (The Now)
Dalam teori Gestalt, konsep the now merupakan hal yang sangat penting (the most significant tense). Sehingga dalam proses konseling, konseli akan diajak untuk belajar mengapresiasi dan mengalami secara penuh keadaan saat ini. Gestalt tidak akan berusaha untuk mencari tahu apa yang telah terjadi di masa lalu dan apa pengalaman masa lalu yang menjadi penyebab permasalahan, tetapi lebih kepada mendorong konseli untuk membicarakan “saat ini”.
Menurut teori Gestalt, pemusatan pada masa lalu konseli akan menjadi jalan bagi konseli untuk menghindari masalahnya. Joel dan Edwin (1992) menyatakan ”What does this mean, "present centered"? In essence, it means that what is important is what is actual, not what is potential or what is past, but what is here, now”.
Untuk membantu konseli memahami keadaan saat ini, maka konselor dapat membantu dengan memberikan kata tanya “Apa” dan “Bagaimana”, dengan demikian, kata tanya “Mengapa” adalah kata tanya yang sangat jarang dipergunakan (Zimberoff dan Hartman, 2003). Apabila konseli membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan masa lalunya, maka konselor akan segera memotongnya. Konselor akan memotong pembicaraan konseli dengan pernyataan seperti, ”Apa yang kamu rasakan pada saat kakimu bergoyang saat bicara?’ atau ”Dapatkah kamu merasakan tekanan suaramu? Tidakkah kamu merasa ketakutan?” Dengan kata lain, konselor berusaha untuk mengembalikan kesadaran konseli pada saat ini.
Konselor Gestalt meyakini bahwa pengalaman masa lalu, seringkali mempengaruhi keadaan konseli saat ini, terlebih jika pengalaman masa lalu memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian atau masalah yang dimiliki oleh konseli. Konseli yang membicarakan masa lalunya secara terus menerus mungkin saja dapat diindikasikan sebagai ketakutan konseli untuk menyelesaikan masalah..
Untuk mengatasi masalah ini, maka konselor dapat mengajak konseli untuk kembali ke saat ini dengan cara “membawa fantasinya ke saat ini” dan mencoba untuk mengajak konseli untuk melepaskan keinginannya. Sebagai contoh, seorang anak memiliki trauma dengan perilaku ayahnya. Konselor tidak mengajak konseli untuk membicarakan apa yang telah terjadi, tetapi lebih mengajak konseli untuk merasakan saat ini dan berorientasi pada pada apa yang ingin dilakukan (semisal, berbicara dengan ayahnya).
DAFTAR PUSTAKA
Brownell, P. 2003. Gestalt Global’s, Gestalt Therapy Construct Library, Construct from “G”        through “P”.
Corey, G. 2005. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont: Thomson          Brooks/Cole.
Cottone, R. 1992. Theories and Paradigms of Counseling and Psychotherapy. Boston: Allyn and Bacon.
Higgins, J. 2008. What is Gestalt therapy?
Joel, L., Edwin, N. 1992. The Theory of Gestalt Therapy. Gestalt Institute of Cleveland (GIC)     Press.
Kirchner, M. 2000. Gestalt Therapy Theory: An Overview.
Yontef, G. 1993. Gestalt Therapy: An Introduction.
Zimberoff, D., Hartman, D. 2003. Gestalt Therapy and Heart-Centered Therapies. Journal of       Heart-Centered Therapies, 2003, Vol. 6, No. 1, pp. 93-104
Corey, G. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama

Siswohardjono, A. 1991. Perspektif Bimbingan dan Konseling dan
        Penerapannya. Semarang: Satyawacana