A.
TEORI
GESTALT
Psikologi Gestalt merupakan aliran psikologi
yang dibentuk oleh Frederick Perls (1893-1970). Frederick dilahirkan di Berlin
dan berasal dari keluarga Yahudi. Masa muda Perls adalah masa masa-masa yang
penuh dengan masalah. Dia mengganggap dirinya sebagai sumber masalah dalam
keluarganya dan dia bermasalah dengan pendidikannya. Bahkan di kelas tujuh,
Frederick sempat tinggal kelas sebanyak dua kali dan bahkan keluar dari sekolah
karena dia memiliki masalah dengan gurunya.
B.
PRINSIP
TEORI GESTALT
Dalam terapi Gestalt, pengalaman menyeluruh
(pikiran, perasaan dan sensasi tubuh) dari individu menjadi perhatian yang
sangat penting. Pendekatan Gestalt lebih memusatkan pada kondisi di sini dan
saat ini (here and now) yaitu menyadari apa yang terjadi dari waktu ke waktu
(moment by moment).
Holism. Keseluruhan merupakan teori Gestalt yang
utama. Gestalt tidak memandang manusia bagian perbagian. Menurtutnya, manusia
tidak bisa hanya diketahui dari komponen fisiknya saja, atau dari komponen
psikisnya saja. Manusia hanya dapat diketahui secara komprehensif, yaitu dari
sisi psikis dan fisiknya. Selain itu, mengenal manusia tidak dapat didasarkan
pada diri individu itu saja, tetapi terintegrasi dengan lingkungan di mana
individu tersebut berada. Perls (dalam Brownell, 2003) menyatakan bahwa holism
dideskripsikan sebagai suatu keseluruhan bentuk kesadaran manusia yang meliputi
respon motorik, respon perasaan, respon pikiran yang dimiliki oleh organisme.
Field Theory. Adalah teori Gestalt yang menyatakan bahwa mengenal
manusia harus memperhatikan juga lingkungan di mana manusia itu berada dan
berinteraksi. Dengan demikian, konselor akan memberikan perhatian lebih kepada lingkungan
di mana konseli berinteraksi (keluarga, sekolah, masyarakat, tempat kerja).
Dengan demikian, field theory merupakan suatu metode untuk mendeskripsikan
keseluruhan medan (field) yang dialami oleh konseli. pada saat ini. Hal ini
lebih dari pada hanya sekedar menganalisis kejadian-kejadian yang telah terjadi
dalam hubungannya dengan lingkungan (Yontef, 1993).
The Figure-Formation
Process.
Dideskripsikan sebagai usaha individu untuk melakukan pengorganisasian atau
memanipulasi lingkungannya dari waktu ke waktu.
Organismic
Self-Regulation. Merupakan
sebuah proses dimana seseorang berusaha dengan keras untuk menjaga keseimbangan
yang secara terus menerus diganggu oleh kebutuhan-kebutuhan. Pada teori ini,
diyakini bahwa manusia memiliki kekuatan yang secara alami untuk melakukan
penyeimbangan terhadap diri mereka sendiri. Jika usaha untuk menjaga
keseimbangan ini berjalan dengan baik maka mereka akan kembali ke dalam posisi
utuh.. Proses penyeimbangan ini berbentuk proses asimilasi, mengakomodasi
perubahan atau menolak pengaruh-pengaruh dari luar. Masalah seringkali muncul
saat seseorang berusaha untuk melakukan pemutusan kontak (interruption contacts).
C. TUJUAN
Tujuan utama Gestalt adalah membantu klien
agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus
dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari
ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat
berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya. Jika individu
mampu mengubah perspektif atau penghayatan kesadaran, ia dimungkinkan pula
untuk mengubah tingkah lakunya.
Sasaran utama terapi Gestalt adalah pencapaian
kesadaran. Apabila klien menjadi sadar, maka urusannya yang tak selesai akan
selalu muncul sehingga bias ditangani dalam terapi.
D. PROSES TERAPI
Tugas konselor adalah mendorong klien untuk dapat
melihat kenyataan yang ada pada dirinya serta mau mencoba menghadapinya. Dalam
hal ini perlu diarahkan agar klien mau belajar menggunakan perasaannya secara
penuh. Untuk itu klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, ia akan
menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa
yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang. Konselor hendaknya menghindarkan
diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan
diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat.
Fase-fase proses konseling
a)
Fase pertama, konselor mengembangkan pertemuan
konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang
diharapkan pada klien.
b)
Fase kedua, konselor berusaha meyakinkan dan
mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai
dengan kondisi klien.
c)
Fase ketiga, konselor mendorong klien untuk
mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini, klien diberi kesempatan untuk
mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi
di sini dan saat ini.
d)
Fase keempat, setelah klien memperoleh
pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya,
konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling.
Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestalt
a)
Penekanan Tanggung
Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu klien
tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar klien mengambil
tanggung jawab atas tingkah lakunya.
b)
Orientasi Sekarang
dan Di Sini, dalam proses konseling konselor tidak merekonstruksi masa lalu
atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang.
c)
Orientasi
Eksperiensial, konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan
masalah-masalahnya, sehingga dengan demikian klien mengintegrasikan kembali
dirinya
Saat Ini (The Now)
Dalam teori Gestalt, konsep the now merupakan hal yang sangat
penting (the most significant tense). Sehingga dalam proses konseling, konseli
akan diajak untuk belajar mengapresiasi dan mengalami secara penuh keadaan saat
ini. Gestalt tidak akan berusaha untuk mencari tahu apa yang telah terjadi di
masa lalu dan apa pengalaman masa lalu yang menjadi penyebab permasalahan,
tetapi lebih kepada mendorong konseli untuk membicarakan “saat ini”.
Menurut teori Gestalt, pemusatan pada masa
lalu konseli akan menjadi jalan bagi konseli untuk menghindari masalahnya. Joel
dan Edwin (1992) menyatakan ”What does this mean, "present centered"?
In essence, it means that what is important is what is actual, not what is potential
or what is past, but what is here, now”.
Untuk membantu konseli memahami keadaan saat
ini, maka konselor dapat membantu dengan memberikan kata tanya “Apa” dan
“Bagaimana”, dengan demikian, kata tanya “Mengapa” adalah kata tanya yang
sangat jarang dipergunakan (Zimberoff dan Hartman, 2003). Apabila konseli
membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan masa lalunya, maka konselor akan
segera memotongnya. Konselor akan memotong pembicaraan konseli dengan
pernyataan seperti, ”Apa yang kamu rasakan pada saat kakimu bergoyang saat
bicara?’ atau ”Dapatkah kamu merasakan tekanan suaramu? Tidakkah kamu merasa
ketakutan?” Dengan kata lain, konselor berusaha untuk mengembalikan kesadaran
konseli pada saat ini.
Konselor Gestalt meyakini bahwa pengalaman
masa lalu, seringkali mempengaruhi keadaan konseli saat ini, terlebih jika
pengalaman masa lalu memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian atau
masalah yang dimiliki oleh konseli. Konseli yang membicarakan masa lalunya
secara terus menerus mungkin saja dapat diindikasikan sebagai ketakutan konseli
untuk menyelesaikan masalah..
Untuk mengatasi masalah
ini, maka konselor dapat mengajak konseli untuk kembali ke saat ini dengan cara
“membawa fantasinya ke saat ini” dan mencoba untuk mengajak konseli untuk
melepaskan keinginannya. Sebagai contoh, seorang anak memiliki trauma dengan
perilaku ayahnya. Konselor tidak mengajak konseli untuk membicarakan apa yang
telah terjadi, tetapi lebih mengajak konseli untuk merasakan saat ini dan
berorientasi pada pada apa yang ingin dilakukan (semisal, berbicara dengan
ayahnya).
DAFTAR PUSTAKA
Brownell, P. 2003. Gestalt
Global’s, Gestalt Therapy Construct Library, Construct from “G” through “P”.
Corey, G. 2005. Theory
and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont: Thomson Brooks/Cole.
Cottone, R. 1992. Theories and Paradigms of Counseling and Psychotherapy. Boston: Allyn and Bacon.
Higgins, J. 2008. What
is Gestalt therapy?
Joel, L., Edwin, N. 1992. The Theory of Gestalt Therapy. Gestalt Institute of Cleveland (GIC)
Press.
Kirchner, M. 2000. Gestalt
Therapy Theory: An Overview.
Yontef, G. 1993. Gestalt
Therapy: An Introduction.
Zimberoff, D., Hartman, D. 2003. Gestalt Therapy and Heart-Centered Therapies. Journal of Heart-Centered Therapies, 2003, Vol. 6,
No. 1, pp. 93-104
Corey, G. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung: Refika Aditama
Siswohardjono, A. 1991. Perspektif
Bimbingan dan Konseling dan
Penerapannya. Semarang:
Satyawacana